3 February 1999, Tragedi Pembantaian Arakundo, Aceh
Warga desa membantu pencarian jenazah korban penembakan di bawah Jembatan Arakundo, Idi Cut, Aceh Timur. Sumber : Wikipedia |
Redaksi_Malaccajurnalism.com
Masih
ingat tentang Darurat Militer.. ? Ya, jika anda merupakan putra bangsa Aceh
ataupun pelaku perang baikkah itu pihak GAM atau TNI/POLRI (ABRI) pastinya tidak akan
pernah bisa melupakan tragedi bersejarah tersebut.
Konflik
berkepanjangan di Aceh antara rentang tahun 1976-2005 mengakibatkan ribuan mayat
rakyat Aceh menjadi korban, ribuan anak menjadi yatim piatu, perempuan-perempuan
menjadi janda, pemerkosaan dan pembantaian oleh ABRI, blockade total
terhadap Aceh, korban di pihak GAM maupun ABRI hingga diliput oleh
dunia internasional.
Perlawanan
rakyat Aceh untuk melepaskan diri dari Indonesia tidak direspon dengan hati nurani
oleh pemerintah RI. Pada tanggal 18 mei 2003 di berlakukan Darurat Militer di
Aceh seusai penandatanganan surat izin operasi militer oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri dengan mengerahkan sekitar 40.000 pasukan gabungan ABRI dari
seluruh matra dan alusista.
Terdapat
beberapa rekam jejak pembantaian yang sangat keji dilakukan oleh apparat ABRI sempat terliput media internasional diantaranya Arakundo.
Arakundo
merupakan nama sebuah gampong (desa.red) di tepi sungai pasee atau sekarang
lebih di kenal dengan nama krueng arakundo. Tepatnya, 3 februari 1999 peristiwa
memilukan itu terjadi. Puluhan korban pembantaian dari kuala idi diangkut
dengan menggunakan 3 truk aparat satuan Batalyon Linud 100. Sebelum diangkut,
mereka di ikat dengan kawat di sekujur tubuhnya kemudian di masukkan kedalam
karung goni dan diberikan batu di setiap karungnya sebagai pemberat sebelum
kemudian di lempar ke krueng Arakundo.
Pembantaian
tragis tersebut sudah di ajukan Amnesty Internasional, namun kabarnya hingga
saat ini para pelakunya belum di adili.
No comments